Royal Ambarrukmo Yogyakarta secara resmi meluncurkan Ambarrukmo Atisomya, sebagai sebuah program eksklusif untuk menghadirkan pengalaman budaya Jawa yang autentik dalam balutan keramahtamahan kelas dunia. Sebagai hotel bintang lima yang juga menjadi destinasi heritage luxury di Yogyakarta, Royal Ambarrukmo memiliki beberapa aktivitas eksklusif yang hanya bisa didapatkan ketika menginap. Merasakan kembali bagaimana budaya dan kekayaan tradisi masa lampau yang masih ada hingga saat ini.
Kata “Atisomya” sendiri diambil dari bahasa Jawa kuno yang memiliki arti “elok, paling indah, luhur, dan penuh keanggunan”. Beberapa aktivitas yang bisa dilakukan dalam Ambarrukmo Atisomya, diantaranya adalah Ladosan Dhahar, Patehan, dan juga Jemparingan. Peluncuran program Atisomya merupakan bagian dari perayaan 14 tahun Royal Ambarrukmo, yang memperkuat berbagai ekosistem kebudayaan dan sejarah yang telah ada.
Daftar Isi
Menikmati Sesi Ladosan Dhahar dalam Ambarrukmo Atisomya

Lebih dekat dengan prosesi Ladosan Dhahar, pada program ini tamu akan dimanjakan dengan sajian autentik khas Jawa, lewat sebuah pengalaman gastronomi budaya yang elegan. Ladosan Dhahar merupakan tradisi menyajikan makanan yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta ke Raja dan juga seluruh keluarganya. Royal Ambarrukmo mengadaptasi budaya tersebut dengan menghadirkan beberapa menu favorit Sri Sultan Hamengku Buwono VII hingga Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Prosesi dimulai dengan arak-arakan Abdi Dalem yang membawa ‘Jodhang’ — kotak kayu dengan ukiran khusus untuk membawa semua sajian lauk pauk tersebut. Menu yang disajikan pada Ladosan Dhahar terdiri dari full course menu mulai dari hidangan pembuka hingga penutup. Sebagai pembuka tamu akan menikmati Roti Jok Semur Ayam dan Ledre Pisang sebagai kudapan.
Lalu dilanjutkan dengan appetizer berupa Salad mentimum. Kemudian, terdapat main course yaitu Nasi Pandan Wangi yang disajikan dengan Dendeng Age, Lidah Panggang Areh, Zwart Zuur (bebek yang dimasak dengan buah nanas), Lombok Kethok serta Setup Pakis Taji. Terakhir sebagai hidangan penutup atau dessert, disajikan Rondo Topo Karamel, yaitu suatu kuliner tinggalan Portugis yang karakternya mirip dengan pudding telur.
Seluruh prosesi Ladosan Dhahar dalam Ambarrukmo Atisomya dilakukan di area Pendopo Agung Ambarrukmo. Ladosan Dhahar menjadi sebuah prosesi royal javanese rijsttafel yang terus menerus dilestarikan oleh Royal Ambarrukmo. Ini adalah saatnya untuk mencoba langsung Ladosan Dhahar di Royal Ambarrukmo Yogyakarta.
Merasakan Langsung Patehan, Tradisi Penyajian Teh dari Keraton Yogyakarta

Patehan adalah tradisi penyajian teh yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta secara turun temurun sejak Sultan Hamengku Buwono I bertahta. Dirunut dari sejarahnya, prosesi ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu. Jika dulu Patehan merupakan agenda wajib raja Keraton Yogyakarta, seiring berjalannya waktu Patehan bertransformasi menjadi sebuah sesi seremonial yang dilakukan ketika sedang ada acara besar saja.
Royal Ambarrukmo mengadaptasi tradisi dari Keraton Yogyakarta tersebut, lalu mengemasnya menjadi salah satu experience yang ada dalam Ambarrukmo Atisomya. Rangkaian prosesi Patehan dimulai dengan arak-arakan Abdi Dalem menuju ke Pendopo Agung Ambarrukmo yang akan membawa teh dan juga kudapan yang terdiri dari Sanggabuwana serta Dadar Gulung sebagai hidangan pokok.
Sanggabuwana dan Dadar Gulung merupakan dua sajian akulturasi budaya Eropa dan Jawa, yang mana pada jaman dahulu hanya bisa dinikmati oleh kalangan bangsawan. Dengan mengadaptasi tata cara di Keraton Yogyakarta, Patehan merupakan pengalaman yang tak boleh terlewatkan ketika berada di Royal Ambarrukmo.
Mencoba Jemparingan, Seni Panahan Tradisional

Di dalam Ambarrukmo Atisomya, juga terdapat aktivitas Jemparingan. Dulunya, Jemparingan hanya bisa dilakukan oleh raja dan juga keluarga Keraton Yogyakarta, namun sejak beberapa tahun terakhir Jemparingan diperbolehkan untuk dimainkan oleh masyarakat umum. Keraton Yogyakarta menggunakan ‘Jemparingan Gagrag Mataraman’ yang identik dengan beberapa teknik khusus. Jemparingan atau yang juga dikenal sebagai panahan memiliki makna filosofis mendalam yakni “Pamenthanging Gandewa, Pamanthenging Cipta,” yang artinya seiring membentangnya busur yang digunakan, maka akan semakin tinggi konsentrasi pada sasaran yang akan dibidik.
Bila diitarik lebih jauh lagi, makna yang terkandung tidak hanya berfokus pada permainan panahan saja, namun juga bagaimana kita menjalani kehidupan sehari-hari sebagai manusia. Seyogyanya, ketika ingin mencapai tujuan atau cita-cita tertentu, kita harus siap untuk mencurahkan konsentrasi yang lebih agar bisa mewujudkannya.
Pada aktivitas ini, tamu akan diajak untuk merasakan bagaimana menjadi seorang prajurit keraton tempo dulu, lengkap dengan busana adat Jawa serta didampingi oleh pemandu. Area Jemparingan berada di Alun-alun Kedhaton Ambarrukmo yang ada di area selatan Pendopo Agung. Mari jelajahi keberagaman budaya Yogyakarta di Royal Ambarrukmo.
Lebih Dekat dengan Royal Ambarrukmo Yogyakarta

Royal Ambarrukmo Yogyakarta merupakan bagian dari warisan sejarah Yogyakarta di masa lampau. Berdiri di area Kedhaton Ambarrukmo, hotel bintang lima ini menawarkan layanan hospitality terbaik dengan mengedepankan nilai-nilai budaya Jawa.
14 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk Royal Ambarrukmo Yogyakarta dalam mengemban misi untuk terus menjaga budaya, di tengah laju dunia modern yang semakin pesat. Royal Ambarrukmo menjadi pilihan tempat untuk menghabiskan waktu liburan di Yogyakarta, terlebih dengan all-in-one-place experience.
Ada beberapa fasilitas penunjang lainnya yang juga hadir di hotel ini seperti Punika Deli (Cafe), SamaZana Restaurant (All Day Dining Restaurant), Lobby Lounge Bar, Royal Club Lounge, dan juga The Lare Kids Club. Mengenal lebih dalam berbagai keunggulan dan sejarah Royal Ambarrukmo melalui website resminya di sini:
Nantikan beragam update mengenai wisata, budaya, akomodasi, hingga event yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya dengan mengikuti Instagram @ambarrukmo, YouTube Ambarrukmo, serta website resmi Ambarrukmo.