Search
Close this search box.

Bincang Raya 2024, Napak Tilas Pesanggrahan Kedhaton Ambarrukmo yang Penuh Nilai Historis

Royal Ambarrukmo Yogyakarta kembali menggelar Bincang Raya #4 untuk terus melestarikan situs budaya yakni Kedhaton Ambarrukmo yang dulunya menjadi kediaman Sultan Hamengku Buwono VII. Tema yang diambil pada tahun 2024 adalah “Napak Tilas Pesanggrahan Kedhaton Ambarrukmo” dan mengemasnya menjadi sebuah sesi diskusi dalam lingkup sejarah, budaya, serta arsitektur.

Pada kesempatan tersebut, Royal Ambarrukmo mengundang tiga kawan bincang sebagai narasumber, antara lain Dr. Mikke Susanto, MA., selaku Kurator & Dosen Prodi S-1 Tata Kelola Seni ISI Yogyakarta, Dr. Sri Margana M. Phil., sebagai Dosen Prodi Ilmu Sejarah UGM, dan Fajar Widjanarko, seorang pegiat budaya Jawa.

Mengulik Warisan Sejarah Sri Sultan Hamengubuwono VII dari Abad ke-18 di Bincang Raya

Bincang Raya #4

Sebelum berdiri seperti sekarang, Pesanggrahan Kedhaton Ambarrukmo dulunya adalah sebuah kebun kerajaaan yang memiliki sebutan “Jenu” di masa pemerintahan Hamengku Buwono II (1792-1812). Fungsi utama dari kebun kerajaan ini adalah untuk menyambut para tamu istana serta menjadi tempat istirahat. 

Kemudian di tahun 1857, Sultan Hamengku Buwono VI membangun beberapa bangunan baru seperti pendapa untuk menampung lebih banyak tamu kerajaan. Setelah selesai di 1859, tempat tersebut kemudian berganti nama menjadi Pesanggrahan Harja Purna.

Ketika Hamengku Buwono VI meninggal dunia, pembangunan dan perluasan Pesanggrahan Harja Purna dilanjutkan oleh HB VII. Gusti Adipati Mangkubumi selaku adik dari Hamengku Buwono VII kemudian mengganti nama tempat itu menjadi Kedhaton Ambarrukmo karena akan digunakan sebagai tempat tinggal oleh keluarga istana.

“Bisa dikatakan bahwa Kedhaton Ambarrukmo itu memiliki peran yang sama pentingnya dengan Bangsal Kencono yang ada di Keraton Yogyakarta.”, pungkas Dr. Sri Margana M. Phil. Ketika melihat sekeliling Pendhopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, setiap detail bangunan, seperti ukiran hingga tata letaknya tidak berubah sejak pertama kali didirikan. 

Baca Juga :   Daftar Hotel Dekat Mall Jogja, Buat Staycation Semakin Seru

Area Kedhaton saat ini terbagi menjadi Pendhopo Agung, Pringgitan, Gadri, Dalem Ageng, Gedhong Gandhok, dan Balekambang. Dr. Mikke Susanto, MA., menambahkan juga bahwa area Kedhaton Ambarrukmo dulunya terpisahkan oleh area jalan raya yang saat ini dikenal sebagai Jalan Laksda Adi Sucipto. 

Fajar Widjanarko juga menjelaskan tentang sejarah beberapa tradisi kuno Keraton Yogyakarta, salah satunya adalah penyambutan tamu-tamu jauh ke istana raja. Penyambutan tamu dimulai dengan acara berbentuk kirab yang memiliki formasi dari Abdi Dalem Priyantaka, Mertalutut, Mantri Keparak Kiwa, Dampar Sultan yang dibawa oleh Narakarya. Lalu, ada Kereta KK Garudayeksa yang dikendarai HB VII dan dikawal oleh Abdi Dalem Bupati. 

Wajah Baru Kedhaton Ambarrukmo sebagai Tempat Pelestarian Seni

bincang raya
Instalasi Seni Mozaik karya J. Soedhiono “Kehidupan Masyarakat Jawa Tengah”

Dalam Bincang Raya juga terkuak bahwa pemanfaatan Kedhaton Ambarrukmo bukan hanya diperuntukkan untuk keluarga kerajaan saja. Babak baru dalam perkembangan Kedhaton Ambarrukmo pun dimulai pada tahun 1950-an dimana saat itu Indonesia berhasil mendapatkan dana pampasan (rampasan) perang dari Jepang.

Dana tersebut kemudian digunakan oleh pemerintah Indonesia untuk membangun berbagai bangunan serta infrastruktur. Ambarrukmo Palace Hotel jadi satu dari sekian banyak bangunan hotel yang didirikan dengan lokasinya yang ada di area Kedhaton Ambarrukmo. Area hotel tersebut sebelumnya adalah Kesatriyan— kompleks dimana para putera sultan yang sedang bertahta tinggal.

Setelah memaparkan sedikit tentang sejarah Kedhaton Ambarrukmo, seluruh peserta Bincang Raya juga diajak dengan berkeliling area Pendhopo Agung serta menilik koleksi seni yang ada di Royal Ambarrukmo Yogyakarta.

Diketahui, Ir. Soekarno sebagai Presiden ke-1 Indonesia sangat menyukai karya seni rupa. Maka dalam setiap bangunan hotel yang dibangun menggunakan dana pampasan di masa pemerintahannya, selalu memiliki berbagai instalasi seni dari seniman lokal yang menceritakan historis Indonesia di masa lampau.

Baca Juga :   Daftar Paket Wedding Hotel Jogja Terbaru dengan Pilihan Venue Ballroom hingga Outdoor

Di Royal Ambarrukmo sendiri terdapat beberapa instalasi seni berskala besar, yang pertama bisa ditemukan pada area lobby adalah karya Harijadi S. dan Sanggar Selabinangun Yogyakarta berjudul “Untung dan Rugi di Lereng Merapi” yang merupakan relief bermaterial batu andesit, cor semen, serta pasir.

Lalu juga ada mozaik keramik yang dibuat oleh J. Soedhiono dan tim dengan judul “Kehidupan Masyarakat Jawa Tengah” sebeesar 300 x 1,000 cm. Mozaik keramik tersebut dapat dijumpai di area lobby serta lantai 8 Royal Ambarrukmo. Sementara itu, di area Royal Garden juga tersebar beberapa karya seni patung milik seniman lokal Indonesia seperti Mon Mudjiman, Soetopo, Mudjiman Kertosetomo, Suhartono, Hendrodjasmoro, dan Sulistiyo. 

Nantikan beragam update mengenai wisata, budaya, akomodasi, hingga event yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya dengan mengikuti Instagram @ambarrukmo, YouTube Ambarrukmo, serta website resmi Ambarrukmo.

Share the Post:

OTHER STORIES

Rasanya tak lengkap jika berkunjung ke Yogyakarta namun tidak datang ke berbagai event Plaza Malioboro yang selalu

Memasuki penghujung tahun 2024, ada berbagai event Plaza Ambarrukmo yang menanti untuk dikunjungi. Plaza Ambarrukmo menjadi salah

Event September Jogja 2024 menawarkan berbagai agenda seru yang bisa dikunjungi bersama teman, keluarga, ataupun seorang diri.

Gelaran Land of Leisures 2024 (LOL) akan kembali menyapa masyarakat Yogyakarta pada tanggal 5-8 Agustus 2024 di