Yogyakarta hari ini merupakan sebuah hasil dari konsistensi adat dan budaya yang berpusat di pemerintahan Kasultanan Yogyakarta era 1755. Sebut saja Pesanggrahan Ambarrukmo— sebuah tempat yang terletak di jantung Kota Yogyakarta, yang memegang peran penting dalam perkembangan sejarah.
Dua abad berlalu, kita masih bisa melihat dengan jelas bagaimana Pesanggrahan Ambarrukmo bisa berdiri kokoh hingga saat ini, tanpa melupakan berkontribusi besarnya untuk membentuk pembangunan kota dan juga ekosistem sosial masyarakatnya.
Ada banyak hal menarik yang bisa dikulik dari Pesanggrahan Ambarrukmo, salah satunya adalah bagaimana area Pesanggrahan yang kini berkembang menjadi pusat perbelanjaan dan juga hotel bintang lima.
Daftar Isi
Mengulik Sejarah Pesanggrahan Ambarrukmo Keraton Yogyakarta
Sebelum menjadi Pesanggrahan— tempat peristirahatan keluarga kerajaan tempo dulu, area tersebut digunakan sebagai kebun kerajaan (Jenu) pada era Sultan Hamengku Buwono II (1972-1812). Hingga akhirnya di bawah pemerintahan Sultan Hamengku Buwono V, dibangunlah sebuah pendopo kecil yang digunakan untuk beristirahat dan juga menyambut kedatangan tamu kerajaan serta para utusan diplomatik.
Di tahun 1857-1859 oleh Sultan Hamengku Buwono VI, area tersebut pun diperluas agar bisa menampung lebih banyak orang dan dinamai “Pesanggrahan Harja Purna”. Kehadiran Pesanggrahan Harja Purna pun banyak mendapat pengaruh dari perkembangan politik dan ekonomi pemerintahan Kasultanan Yogyakarta.
Sultan Hamengku Buwono VII pun akhirnya naik tahta pasca meninggalnya Sultan Hamengku Buwono VI pada 1877. Di bawah kepemimpinannya, ia membuka lebar investasi asing di bidang perkebunan pada bangsawan Eropa, yang digunakan untuk menanam tebu, tembakau, dan juga indigo.
Tak hanya itu saja, pada masa emas ini Yogyakarta sangatlah maju dalam berbagai sektor ekonomi lainnya. Fenomena ini ditandai dengan hadirnya 31 maskapai perkebunan swasta Eropa yang ada di Yogyakarta pada tahun 1925.
Keuntungan yang didapatkan pemerintah dari sektor tersebut kemudian dimanfaatkan untuk membangun banyak infrastruktur dan juga gedung. Salah satu bangunan monumental yang menjadi saksi bisu kesuksesan Hamengku Buwono VII adalah Tugu Golong-gilig (De witt paal) yang saat ini menjadi ikon Kota Yogyakarta, serta perluasan area Pesanggrahan Harja Purna.
Upaya perluasan tersebut merupakan rencana Sultan Hamengku Buwono VII untuk menambah fungsi dari bangunan Pesanggrahan, sehingga tak hanya menjadi tempat penerima tamu kerajaan saja, namun juga sebagai tempat tinggalnya kelak.
Oleh karena itu, dilengkapilah area tersebut dengan segala bangunan-bangunan baru yang memiliki fungsi hampir sama dengan Keraton Yogyakarta. Ketika pemugaran sudah selesai, Sultan Hamengku Buwono VII meminta adiknya— Gusti Adipati Mangkubumi untuk memberikan nama baru bagi Pesanggrahan Harja Purna. Akhirnya, tercetuslah “Kedhaton Ambarrukmo.”
Struktur Pesanggrahan Ambarrukmo
Ketika melakukan perluasan, Sultan Hamengku Buwono VII menambah beberapa area khusus yang menjadikan Pesanggrahan Harja Purna menjadi Keraton Ambarrukmo, seperti Ndalem Ageng, Gandhok, Balekambang, Pacaosan, Doorloop, dan Alun-alun. Saatnya mengulik lebih dalam seluk-beluk struktur Pesanggrahan Ambarrukmo:
Pendopo Agung
Pendopo Agung menjadi bangunan utama dari area Pesanggrahan Ambarrukmo yang dulunya digunakan untuk menyambut tamu kerajaan serta menggelar upacara adat. Di balik kemegahan bangunan Pendopo Agung, terdapat penerapan konsep Triloka Buana yang merefleksikan tiga kasta kehidupan Svarloka (Dunia Atas/Dewa), Bhuvarloka (Dunia untuk yang Disucikan), Bhurloka (Dunia Manusia).
Lokasi bangunan Pendopo Agung berada di tengah area Pesanggrahan dan berada tepat di depan Ndalem Ageng yang dulu digunakan sebagai rumah utama keluarga kerajaan. Area Pendopo Agung memiliki luas 32 x 32,4 m menghadap langsung ke selatan dengan tipe bangunan dasar Joglo Sinom kemudian ketika diperluas menjadi Joglo Ageng.
Bangunan atap disangga oleh tiga jenis kontruksi tiang utama yaitu 4 Saka Guru, 12 Saka Penanggap, dan 20 Saka Penitih dengan jumlah keseluruhan sebanyak 36 buah. Lalu, di sisi emperan ditambahkan penyangga 20 Saka Peningrat untuk
Dalem Ageng
Dalem Ageng (re: ndalem) merupakan sebuah bangunan limasan yang menghadap ke selatan dengan bangunan bergaya Trajumas. Di dalam Dalem Ageng, dibagi lagi menjadi beberapa ruangan seperti Pringgitan dan Gadri. Meskipun dari luar bangunan ini terlihat kental akan budaya Jawa, siapa sangka jika interior di dalamnya justru dipengaruhi oleh Eropa, terutama pada tata ruang.
Total terdapat 4 kamar (2 kamar di sisi timur dan 2 kamar di sisi barat) yang dipisahkan oleh koridor mengarah ke utara dan selatan. Dalem Ageng merupakan tempat tinggal Sultan Hamengku Buwono VII beserta keluarga pada abad ke-18 hingga ia menghembuskan nafas terakhir.
Balekambang
Terdapat sebuah bangunan yang berdiri di tengah kolam air, letaknya ada di utara Dalem Ageng. Balekambang– merupakan banngunan yang memiliki bentuk Tajug segi delapan yang memiliki dua lantai, dihubungkan dengan 20 anak tangga. Dulunya, Balekambang memiliki fungsi sebagai tempat bersemedi dan juga tempat rekreasi bagi tamu maupun keluarga kerajaan.
Desain atap Balekambang Pesanggrahan Ambarrukmo memiliki ikon Mustaka berbentuk kerucut yang terlihat seperti gunung. Air yang digunakan untuk mengisi kolam di Balekambang dulunya adalah aliran dari Sungai Tambak Bayan yang kemudian disaring dari resapan-resapan yang ada agar bersih. Di sekeliling kolam juga terdapat pagar besi sebagai pembatas area Balekambang agar tetap terjaga keasliannya.
Gandhok Kiwa
Gandhok Kiwa di Pesanggrahan Ambarrukmo adalah area paviliun yang memanjang yang menghadap ke sisi timur. Dulunya Gandhok Kiwa digunakan untuk tempat tinggal para putra raja (Kesatriyan) yang menghadap langsung ke area Balekambang. Area Gandhok Kiwa juga terhubung langsung dengan Dalem Ageng melalui area doorloop yang diberi atap dan bertiang kayu. Namun kini keberadaan Gandhok Kiwa sudah dialihfungsikan sebagai area Hotel Royal Ambarrukmo.
Gandhok Tengen
Sedangkan Gandhok Tengen berada di sisi barat Dalem Ageng, dimana pada era Sultan Hamengku Buwono VII digunakan sebagai area kediaman putri-putri raja. Sedikit berbeda dengan Gadhok Kiwa, pada bangunan Gandhok Tengen terbagi menjadi dua area utama yaitu Gandhok Jero (sisi dalam) dan Gandhok Jaba (sisi luar).
Gandhok Jero adalah tempat beristirahat para puteri raja dan juga anggota kerajaan yang lain. Sementara itu, pada Gandhok Jaba digunakan untuk menerima tamu-tamu di luar keluarga istana.
Gadri
Di area belakang Dalem Ageng, terdapat sebuah area khusus yang ditujukan sebagai dapur dan juga ruang makan yang digunakan oleh keluarga kerajaan. Titik area Gadri berlokasi di area selatan Balekambang dan menjadi satu dengan Dalem Agung.
Pecaosan
Pecaosan adalah pos penjagaan yang terletak di bagian timur dan barat area Pesanggrahan Ambarrukmo. Tempat ini biasanya digunakan oleh Abdi Dalem Keraton untuk menjaga area-area krusial, dengan bentuk bangunan yang mirip dengan pendopo namun mempunyai ukuran lebih kecil.
Merasakan Langsung Tradisi Keluarga Keraton Yogyakarta dalam Royal Moment di Royal Ambarrukmo
Royal Ambarrukmo merupakan heritage hotel bintang lima di Yogyakarta yang berada di area Pesanggrahan Ambarrukmo. Sejalan dengan nilai yang dimiliki, Royal Ambarrukmo juga menjaga beberapa tradisi turun temurun yang dilakukan oleh keluarga bangsawan Keraton Yogyakarta tempo dulu melalui Royal Moment.
Royal Moment adalah rangkaian tradisi ala keluarga kerajaan yang terdiri dari Jemparingan (seni panahan tradisional), Patehan (upacara minum teh), Ladosan Dhahar (jamuan makan siang keluarga kerajaan), dan juga tarian-tarian klasik khas Yogyakarta hingga Jawa Tengah.
Seluruh aktivitas Royal Moment bisa dicoba langsung dengan melakukan reservasi melalui:
Selain itu, Royal Ambarrukmo juga menyediakan tur khusus di area Pesanggrahan Ambarrukmo, dengan menghubungi nomor berikut:
Demikian sejarah lengkap beserta struktur bangunan dari Pesanggrahan Ambarrukmo– atau bisa disebut dengan Kedhaton Ambarrukmo. Nantikan beragam informasi mengenai wisata, budaya, akomodasi, hingga acara yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya dengan mengikuti Instagram @ambarrukmo, YouTube Ambarrukmo, serta website resmi Ambarrukmo.